LAPORAN PRATIKUM TEKNOLOGI GULA DAN
KEMBANG GULA
PENGENALAN JENIS GULA DAN PENENTUAN
SIFAT-SIFATNYA
OLEH KELOMPOK 5:
Clara Sania Krisanta (1610511048)
Dara Widya Yudhistira (1610511049)
Vina Prilatmi Anggraeni (1610511050)
Lenovia Idha Pola Sitohang (1610511055)
Bryan
(1610511060)
PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gula adalah suatu karbohidrat sederhana karena dapat
larut dalam air dan langsung diserap tubuh untuk diubah menjadi energy (Darwin.2013). Gula umumnya bersifat
antara lain, berasa manis, tidak berbau, tidak berwarna, dapat mengkristal, dan
larut dalam air. Selama proses pengolahan sifat fisik gula menjadi berubah,
tergantung dari lama pengolahan dan jenis dan kandungan bahan baku dari gula
tersebut. Secara umum,gula dibedakan menjadi dua, yaitu:
- Monosakarida, Sesuai dengan namanya yaitu mono yang berarti satu, ia terbentuk dari satu molekul gula. Yang termasuk monosakarida adalah glukosa, fruktosa, galaktosa.
- Disakarida, Berbeda dengan monosakarida, disakarida berarti terbentuk dari dua molekul gula. Yang termasuk disakarida adalah sukrosa (gabungan glukosa dan fruktosa), laktosa (gabungan dari glukosa dan galaktosa) dan maltosa (gabungan dari dua glukosa)
Dalam
pratikum kali ini,yang dibahas adalah jenis produk-produk gula yang umumnya
berada di pasaran. Jenis-jenis gula yang akan dipakai kali ini adalah Gula
pasir, Gula merah, Gula semut, Gula batu, HFS, dan Sirup glukosa. Setiap jenis
gula akan dibandingkan secara organoleptik meliputi rasa,aroma, dan teksturnya.
1.2 Tujuan
1. Mahasiwa
dapat mengenal jenis-jenis gula dan dapat melaksanakan penetuan sifat-sifat
fisik masing-masing jenis gula yang ada
2. Mahasiswa
dapat membedakan sifat-sifat fisik terpenting dari masing-masing jenis gula
yang ada.
BAB
2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Gula
Gula
merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat maupun industri makanan dan
minuman. Gula digunakan sebagai bahan pemanis utama dan belum dapat digantikan
oleh bahan pemanis lainnya. Gula merupakan suatu karbohidrat sederhana yang
dapat menjadi sumber energi dan termasuk komoditi perdagangan utama. Gula
umumnya diperdagangkan dalam bentuk kristal sukrosa padat. Gula berfungsi untuk
mengubah rasa menjadi manis pada makanan atau minuman. Selain itu, gula jenis
monosakarida seperti glukosa dapat digunakan mikroba untuk diubah menjadi
sumber energi.
Gula
sebagai sukrosa diperoleh dari nira tebu, bit gula, atau aren. Sumber-sumber
pemanis lain, seperti umbi dahlia, anggir, atau jagung, juga menghasilkan
semacam gula/pemanis namun bukan tersusun dari sukrosa. Proses untuk
menghasilkan gula mencakup tahap ekstrasi (pemerasan) diikuti dengan pemurnian
melalui distilasi (penyulingan).
2.2.
Jenis
– Jenis Gula
1. Gula Pasir
Di
Indonesia, gula pasir merupakan salah satu kebutuhan bahan pokok dan merupakan
komoditas pangan yang strategis dalam beras. Gula pasir disebut juga dengan
sukrosa dan gula kristal putih. Gula pasir merupakan bahan pemanis alami dari
bahan baku tebu atau bit yang digunakan untuk keperluan konsumsi rumah tangga
maupun bahan baku industri pangan. Menurut SNI 01-3140-2010, gula kristal putih
merupakan gula kristal yang dibuat dari tebu atau bit melalui proses sulfitasi
/karbonatasi/fosfatasi atau proses lainnya sehingga langsung dapat dikonsumsi.
Gula pasir termasuk disakarida yang mengandung 99% sukrosa yang terbuat dari
tebu atau bit yang memalui proses penyulingan dan kristalisasi (Siregar,2014).
Karakteristik gula pasir lokal pada umumnya berwarna sedikit kekuningan, berasa
manis dan berbentuk kristal kasar. Gula pasir bermanfaat sebagai sumber energi
dan bahan pengawet yang aman bagi tubuh.
2. Gula
Rafinasi
Rafinasi
diambil dari kata refinery artinya
menyuling, menyaring, membersihkan. Jadi bisa dikatakan bahwa gula rafinasi
adalah gula yang mempunyai kualitas kemurnian yang tinggi. Gula pasir berbeda
dengan gula rafinasi, meskipun secara visual gula rafinasi memiliki kenampakan
yang sama dengan gula pasir karena masih tergolong dalam gula kristal. Gula
rafinasi diatur oleh SNI 3140.2-2011 tentang Rafinasi (Refined Sugar). Menurut SNI 3140.2-2011, gula kristal rafinasi
merupakan gula dukrosa yang melalui tahapan pengolahan gula kristal mentah yang
meliputi afinasi -pelautan kembali (remelting)
– klarifikasi – filtrasi – dekolorisasi – kristalisasi – fugalisasi –
pengeringan - pemanasan. Proses pengolahan gula rafinasi dan gula pasir juga
berbeda. Perbedaan gula rafinasi dengan gula pasir dijelaskan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Perbedaan gula
pasir dengan gula rafinasi
Pembeda
|
Gula Kristal
Putih
|
Gula Rafinasi
|
Penggunaan
|
Kebutuhan
konsumsi sehari-hari
|
Kebutuhan
industry
|
Bahan Baku
|
Nira secara
langsung
|
Raw Sugar
|
Proses pengolahan
|
Sesuai
standar
|
Lebih ketat
daripada (GKP)
|
Watna
|
Cenderung
kekuningan
|
Lebih putih
|
Tingkat kemurnian
|
Lebih kecil
dari rafinasi
|
Lebih tinggi
dibandingakan GKP
|
Ukuran Butiran
|
Lebih kasar
|
Lebih halus
|
ICUMSA
|
200-300
|
45
|
3. Gula
Halus
Tepung
gula, gula tepung, gula halus atau icing
sugar adalah gula pasir yang telah
digiling/diblender/dihaluskan menjadi halus sehingga tebentuk menjadi bubuk
gula. Dalam pembuatan tepung gula, biasanya tepung gula ditambah dengan tepung
maizena/pati jagung agar tidak mudah menggumpal. Tepung gula biasanya digunakan
untuk taburan pada kue (seperti kue putri salju), roti, donat dan pembuatan kue
dan roti. Karakteristik dari gula halus yaitu berwarna putih bersih, berasa
manis, mudah larut dan berbentuk bubuk.
4. Gula
Batu
Gula
batu atau sering disebut sebagai rock
sugar merupakan gula pasir yang dikristalkan dengan bantuan air yang
dioanaskan hingga mencapai kondisi jenuh lalu didinginkan kembali. Gula ini
bentuknya seperti bongkahan kecil batu dan butirannya kasar. Rasanya tidak
semanis gula pasir namun memiliki cita rasanya lebih legit. Gula batu meleleh secara
perlahan. Gula batu umumnya digunakan untuk minuman atau membuat kue. Upaya
untuk mempercepat kelarutan gula batu dapat dilakukan dengan menghalusnya
terlebih dahulu sebelum digunakan.
5. Gula
Merah
Gula
merah atau gula jawa memiliki bentuk padat berwarna coklat kemerahan hingga
cokelat tua. Gula merah atau gula palma merupakan gula yang dihasilkan dari
pengolahan nira pohon palma yaitu aren (Arenga
pinnata Merr), nipah (Nypafruticans),
siwalan (Borassus flabellifera Linn),
dan kelapa (Cocos nucifera Linn).
Gula merah pada umumnya berbentuk setengah bulat yang dicetak menggunakan
tempurung kelapa atau berbentuk silindris yang dicetak dengan bambu.
Pembuatan
guka merah dilakukan dengan menyadap nira sebagai bahan baku gula merah,
kemudian disaring dan dipnasakan dengan suhu 110-120°C hingga nira mengental
dan berwarna kecoklatan. Tahap selanjutnya yaitu pencetakan dan pendiginan gula
hingga mengeras (Balai Penelitian Tanaman Palma, 2010).
Gula
merah cetak memiliki banyak kegunaan selain sebagai pemanis makanan juga
digunakan sebagai penyedap masakan, campuran dalam pembuatan cuka untuk
empek-empek, kecap dan lain-lain. Gula merah cetak memiliki sifat sensori yang
berbeda tergantung pada bahan baku pembuatannya. Untuk gula merah cetak dari
nira aren memiliki aroma khas aren, warna coklat muda, rasa lebih manis dan
bersih. Gula merah cetak dari nira kelapa memiliki warna coklat yang lebih
gelap, aroma khas kelapa, manis dan sedikit kotor sehingga perlu disaring bila
akan digunakan dalam bentuk cair.
6. Gula
Semut
Gula
semut atau palm sugar merupakan gula
merah versi serbuk/kristal yang dihasilkan oleh pepohonan keluarga palma (Arecaceae) (Balai Informasi Pertanian,
2000). Bahan dasar untuk membuat gula semut adalah nira dari pohon kelapa,
aren/enau, nipah, lontar maupun tebu. Gula semut memiliki beberapa kelebihan
dibandingkan dengan gula lainnya yaitu lebih mudah larut, daya simpan lebih
lama, karena kadar air kurang dari 3%, bentuknya lebih menarik, pengemasan dan
pengangkutan lebih mudah, rasa dan aroma lebih khas, serta harga yang lebih
tinggi daripada gula kelapa cetak biasa. Gula semut dimanfaatkan sebagai bumbu
masak, pemanis minuman (sirup, susu, soft drink) dan untuk keperluan pemanis
untuk industri makanan seperti adonan roti, kue, kolak, dan lain-lain (Mustaufik
dan Karseno, 2004).
Gula
aren yang lembek dapat ditingkatkan nilai jualnya dengan cara mengolah menjadi
gula aren granular (gula semut), melalui peleburan kembali gula cetak dengan
penambahan air menjadi larutan gula, kemudian dimasak menjadi granular
(serbuk). Upaya untuk meningkatkan daya kristalisasi tersebut pada suatu
kepekatan tertentu dapat ditambahkan gula pasir sebagai inti proses
kristalisasi (Purnomo et al., 2004). Untuk mempercepat terbentuknya kristal
dalam pengolahan dan meningkatkan kemampuan untuk dapat digranulasi, maka perlu
penambahan gula pasir sebagai bibit (Soeharsono, 1988). Pada pembuatan gula
granular suhu pemasakan berkisar 100°C – 125°C. (Wieenam dan Shallenberger,
1987).
7. Sirup
Glukosa
Sirup
glukosa ialah suatu larutan kental termasuk golongan monosakarida yang
diperoleh dari pati dengan cara hidrolisis lengkap dengan menggunakan katalis
asam atau enzim, selanjutnya dimurnikan serta dikentalkan. Gula cair diperoleh
dengan memasak pati kedalamnya dan ditambahkan sejumlah kecil zat kimia (HCl)
selama beberapa jam. Pemasakan ini akan diperoleh suatu cairan yang rasanya
manis, yang disebabkan karena sebagian besar dari pati yang ada telah diubah
menjadi gula (glukosa). Sirup glukosa adalah salah satu produk bahan pemanis
makanan dan minuman yang berbentuk cairan, tidak berbau dan tidak berwarna
tetapi memiliki rasa manis yang tinggi. Sirup glukosa atau gula cair mengandung
D-glukosa, maltosa dan polimer D-glukosa melalui proses hidrolisis
(Cakebread.S.1975).
Sirup
glukosa telah dimanfaatkan oleh industri permen, minuman ringan (soft drink),
biskuit dan sebagainya. Pada pembuatan produk es krim, glukosa dapat
meningkatkan kehalusan tekstur dan menekan titik beku dan untuk kue dapat
menjaga kue tetap segar dalam waktu lama dan mengurangi keretakan. Untuk
permen, glukosa lebih disenangi karena dapat mencegah kerusakan mikrobiologis
dan memperbaiki tekstur (Dziedzic, S.Z.1984).
8. Sirup
Fruktosa
Sirup
fruktosa dikenal juga sebagai high fructose syrup. Sirup fruktosa pada umumnya
terbuat dari tepung tapioka dan jagung. Sirup fruktosa mengandung mengandung
komponen gula yang didominasi oleh fruktosa. Sirup fruktosa memilki
karakteristik yang kental, tidak berwarna (bening) dan memiliki rasa yang
manis. Fruktosa murni rasanya sangat manis, warnanya putih, berbentuk kristal
padat, dan sangat mudah larut dalam air. Fruktosa memiliki tingkat kemanisan
yang lebih tinggi dibandingan sukrosa dan glukosa.
High Fructose Syrup
dibuat melalui tiga tahap yaitu likuidasi, sakarifikasi dan isomerasi. Proses
hidrolisa dilakukan dengan menggunakan katalis enzim. Enzim akan memecah
molekul pati dan mengubahnya menjadi glukosa. Kemudian glukosa diubah menjadi
fruktosa melalui proses isomerisasi dengan enzim glukoisomerase pada kisaran
suhu 40-60°C dan tekanan 1 atm dalam reaktor alir tangki berpengaduk (RATB).
Isomerisasi 50% akan menghasilkan sirup fruktosa 42%. Adapun fungsi dari HFS
sebagai berikut: (Nuritasari, 2016)
· Freezing Point: Freezing point yang tinggi pada fruktosa
membuat produk mempunyai tekstur yang halus.
· Fruit Flavor:
Fruktosa disebut juga dengan gula buah karena ketika digunakan pada produk akan
memberikan rasa buah seperti pada fruit-flavored
yogurt.
· Glycemic
Index rendah: Glycemicload adalah
jumlah yang menunjukkan bagaimana makanan atau produk tertentu akan
mempengaruhi kadar gula darah.
· Stability:
Fruktosa mempunyai kestabilan yang tinggi dan digunakan untuk meningkatkan cita
rasa produk yang mempunyai stabilitas yang tinggi.
9. Gula
Jagung
Gula
jagung merupakan gula yang berasal dari jagung. Gula jagung mengandung zat gula
sederhana yaitu fruktosa yang pada umumnya ditemukan pada buah-buahan dan
memiliki rasa manis yang lebih tinggi dibandingkan sukrosa (1,7 kali lebih
manis daripada sukrosa). Kelebihan gula jagung yaitu memiliki jumlah kalori yang
lebih rendah dibandingakan dengan gula biasa. Rasa manis yang lebih tinggi bagi
beberapa orang terkadang membuat lidah menjadi sedikit pahit jika tidak
dilarutkan atau diaplikasikan ke bahan pangan lainnya. Gula jagung dipasaran
salah satunya yaitu Tropicana Slim Diabetics. Produk ini mengandung sukralosa,
pemanis alami yang aman. Sukralosa merupakan pemanis rendah kalori yang dibuat
dari gula. Selain itu, gula jagung Tropicana Slim Diabetics, juga mengandung
kromium pikolinat yang dapat membantu penderita diabetes. Kromium merupakan
mineral yang dapat membantu kerja insulin dan mengatur kadar gula darah
(Anonim, 2009).
BAB
3
METODOLOGI
3.1 Alat
·
Piring plastik
·
Sendok
3.2 Bahan
·
Gula pasir
·
Gula merah
·
Gula semut
·
Gula rafinasi
·
Gula batu
·
Sirup glukosa
·
Sirup fruktosa
3.3 Prosedur Kerja
1.
Setiap kelompok menyediakan 1 set
alat dan bahan
2.
Diamati jenis-jenis gula yang ada
dan sifat- sifat sensoris gula yang meliputi :
Bentuk
Ukuran
Warna
Aroma
3.
Kemudian dibandingkan semua jenis
gula yang ada, masukkan semua data yang diperoleh kedalam tabel pengamatan.
BAB
4
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1. Hasil pengamatan
karakteristik berbagai jenis gula
Jenis gula
|
Bentuk
|
Warna
|
Aroma
|
Rasa
|
Gula pasir
|
Kristal
|
Putih kekuningan
|
++++
|
Manis
|
Gula rafinasi
|
Kristal
|
Putih
|
+++
|
Agak manis
|
Gula halus
|
Serbuk
|
Sangat putih
|
+++
|
Manis
|
Gula batu
|
Padatan
|
Bening
|
+
|
Agak manis
|
Gula merah
|
Padatan
|
Coklat tua
|
+++++
|
Sangat manis
|
Gula semut
|
Kristal
|
Coklat
|
++++
|
Agak manis
|
Sirup glukosa
|
Cair (sangat kental)
|
Bening
|
++
|
Tidak manis
|
Sirup fruktosa
|
Cair (agak kental)
|
Bening
|
++
|
Sangat manis
|
Gula jagung
|
Kristal halus
|
Putih
|
+
|
Tidak manis
|
Keterangan:
+++++
= Sangat harum
++++
= Harum
+++
= Agak harum
++ =
Tidak harum
+ =
Sangat tidak harum
4.2 Pembahasan
Dari hasil praktikum yang telah
dilaksanakan dengan cara membandingkan semua jenis gula yang disediakan dengan
parameter bentuk, warna, aroma, dan rasa terdapat perbedaan karakteristiknya.
Pada dasarnya bahan dasar gula pasir, gula rafinasi, gula halus, dan gula batu
berbahan dasar yang sama yaitu berasal dari tanaman tebu. Secara visual gula
rafinasi memiliki kenampakan yang sama dengan gula pasir, namun gula pasir
berbeda dengan gula rafinasi. Gula rafinasi memiliki kualitas kemurnian yang
tinggi. Yang membedakan dalam proses produksi gula rafinasi dan gula kristal
putih yaitu gula rafinasi menggunakan proses Carbonasi sedangkan gula kristal putih menggunakan proses
sulfitasi. Gula rafinasi memiliki standar mutu khusus yaitu mutu 1 yang
memiliki nilai ICUMSA < 45 dan mutu 2 yang memiliki nilai ICUMSA 46˗806,
sedangkan gula kristal putih memiliki ICUMSA antara 250˗450 IU. Departemen
Perindustrian mengelompokkan gula kristal putih menjadi tiga bagian yaitu Gula
kristal putih 1 (GKP 1) dengan nilai ICUMSA 250, Gula kristal putih 2 (GKP 2)
dengan nilai ICUMSA 250˗350 dan Gula kristal putih 3 (GKP 3) dengan nilai
ICUMSA 350˗4507. Semakin tinggi nilai
ICUMSA maka semakin coklat warna dari gula tersebut serta rasanya pun semakin
manis. Perbedaan lainnya adalah gula rafinasi diolah dari gula mentah atau raw sugar melalui proses defikasi yang
tidak dapat dikonsumsi langsung oleh manusia, sedangkan gula kristal putih
menggunakan nira langsung.
Perbedaan bentuk gula pasir dengan
gula halus/gula tepung diakibatkan oleh adanya proses penggilingan/penghalusan
menjadi halus sehingga terbentuk menjadi bubuk gula. Dalam pembuatan tepung
gula biasanya ditambah dengan tepung maizena/pati jagung agar tidak menggumpal.
Sedangkan perbedaan bentuk gula pasir dengan gula batu diakibatkan pada proses
pembuatan gula batu, gula pasir dikristalkan dengan bantuan air yang dipanaskan
hingga mencapai kondisi jenuh lalu didinginkan kembali. Hal tersebut membuat
bentuk dari gula batu seperti bongkahan dan butirannya kasar. Dari segi rasa,
gula batu tidak semanis gula pasir namun cita rasa yang dihasilkan lebih baik
dibandingkan gula pasir.
Gula merah dan gula semut sama˗sama
terbuat dari cairan nira palma (pohon kelapa, aren, atau siwalan). Perdedaan
gula semut dengan gula merah terutama bentuknya. Bahan baku gula merah terbuat
dari nira kelapa segar sedangkan bahan baku gula semut dapat terbuat dari nira
kelapa segar atau gula merah yang diolah kembali. Pada pembuatan gula merah
nira dilakukan pemasakan sampai nira menjadi pekat kemudian dicetak ± 5 menit,
sedangkan pada gula semut pembuatan pada tahap awal sama seperti gula merah
namun pada gula semut nira yang sudah pekat dan diangkat dari tungku kemudian
diaduk˗aduk hingga lebih kental dan didnginkan sebentar sekitar ± 5 ˗ 10 menit
kemudian diaduk˗aduk kembali hingga menggumpal kemudian dilakukan penggerusan,
hal tersebut yang menjadikan gula semut berbentuk serbuk/granular. Keunggulan
dari gula semut ini adalah lebih praktis dan tahan lama, karena kadar air pada
gula semut lebih sedikit dibandingkan dengan gula merah. Pada gula merah
umumnya dapat bertahan paling lama 3˗4 bulan sedangkan pada gula semut tahan
hingga 1 tahun, akan tetapi rasa dari gula merah lebih manis dibandingkan gula
semut.
Sirup glukosa didefinisikan sebagai
cairan jernih dan kental yang mengandung D˗glukosa, maltose, dan polimer
D˗gukosa yang diperoleh dari hidrolisis pati. Bahan baku untuk pembuatan sirup
glukosa adalah pati misalnya tapioka, sagu, pati jagung, dan pati umbi˗umbian.
Proses hidrolisis pati menjadi sirup glukosa dapat mengggunakan katalis enzim,
asam, atau gabungan keduanya. Sedangkan sirup fruktosa dibuat dari glukosa
melalui proses isomerasi menggunakan enzim glukosa isomerasi menggunakan enzim
glukosa iseomerase. Proses perubahan tersebut disebut enzymatic glucose˗isometization, karena enzim tersebut reversible
artinya dapat mengkatalis ke aksi bolak balik maka produk akhir selalu
merupakan campuran dari glukosa maupun fruktosa. Sirup fruktosa memiliki
tingkat kemanisan 2,5 kali dari sirup glukosa dan 1,4 ˗ 1,8 kali lebih tinggi
dari pada gula sukrosa. Selain itu, sirup fruktosa memiliki indeks glikemk
lebih rendah (32+2) dibandingkan glukosa (138+4), sedangkan sukrosa memiliki
indeks glukemik sebesar (87+2).
Gula jagung dengan sirup fruktosa
pada dasarnya terbuat dari bahan yang sama yaitu jagung. Kelebihan dari gula
jagung ini memiliki jumlah kalori yang lebih rendah dibandingkan gula biasa.
Gula jagung hanya mengandung zat gula sederhana yang dinamakan fruktosa, Dalam
1 gram fruktosa hanya mengandung 3 kalori, oleh karena itu sering dikonsumsi
untuk program diet.
BAB
5
PENUTUP
5.1 Simpulan
Kesimpulan
pada praktikum kali ini yaitu;
- Gula pasir berbeda dengan gula rafinasi yang membedakannya yaitu dalam proses produksinya.
- Perbedaan bentuk gula pasir dengan gula halus/gula tepung diakibatkan oleh adanya proses penggilingan/penghalusan menjadi halus sehingga terbentuk menjadi bubuk gula.
- Perbedaan bentuk gula pasir dengan gula batu diakibatkan pada proses pembuatannya. Dari segi rasa, gula batu tidak semanis gula pasir namun cita rasa yang dihasilkan lebih baik dibandingkan gula pasir.
- Perbedaan gula semut dengan gula merah terutama bentuknya. Bahan baku gula merah terbuat dari nira kelapa segar sedangkan bahan baku gula semut dapat terbuat dari nira kelapa segar atau gula merah yang diolah kembali.
- Sirup glukosa dibuat dengan proses hidrolisis pati menjadi sirup glukosa dapat mengggunakan katalis enzim, asam, atau gabungan keduanya. Sedangkan sirup fruktosa dibuat dari glukosa melalui proses isomerasi menggunakan enzim glukosa isomerasi menggunakan enzim glukosa iseomerase.
- Gula jagung dengan sirup fruktosa dasarnya terbuat dari bahan yang sama yaitu jagung.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. 2009. Artikel Manis Membawa Sengsara.
https://www.tropicanaslim.com/manis-membawa-sengsara/
diakses pada tanggal 13 Mei 2019 pukul 11.00 WITA.
Badan Standarisasi Nasional. 2010. SNI
01-3140-2010: Gula Kristal-Bagian 3: Putih. Jakarta: BSN.
Badan Standarisasi Nasional. 2011. SNI
3140.2-2011: Gula Kristal-Bagian 2: Rafinasi (Refined Sugar). Jakarta:
BSN.
Balai Penelitian Tanaman Palma. 2010.
Pemanfaatan Tumbuhan Palma. Manado.
Sulawesi
Utara.
Mustaufik dan Karseno. 2004. Penerapan Dan
Pengembangan Teknologi Produksi Gula kelapa kristal Berstandar Mutu SNI untuk
Meningkatkan Pendapatan Pengrajin Gula Kelapa di Kabupaten Banyumas. Laporan
Pengabdian Masyarakat. Program Pengembangan Teknologi Tepat Guna. Jurusan
Teknologi Pertanian Unsoed, Purwokerto.
Nuritasari, Yeny I. 2016. Perancangan Pabrik High Fructose Syrup (GFS) Dari Tepung
Tapioka Kapasitas Produksi 100.000 Ton/Tahun [Skripsi]. Program Studi Teknik
Kimia Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Purnomo Edi, Nahdodin dan P.D.N Mirzawan.
2004. Pengolahan nira aren menjadi gula kristal. Pengembangan Tanaman Aren,
Proseding Seminar Nasional Aren Tondano, 9 Juni 2004. Balai Penelitian Tanaman
Kelapa dan Palma Lain, Litbang Pertanian.
Siregar, Nurhamida Sari. 2014. Karbohidrat.
Jurnal Ilmu Keolahragaan Vol.13 No. 2 hlm. 38-44. Universitas Negeri Medan.
Soeharsono Martoharsono. 1988. Upaya
menghasil-kan gula kelapa pasir melalui pembibitan dan pengadukan terbatas.
Fakultas Teknologi Pertanian UGM. Yogyakarta.
Wieenam, W.J. and R.S. Shallenberger. 1987.
Influence of acid and temperature on the rate of infersion of sucrosa. New
Delhi.
Komentar
Posting Komentar