LAPORAN
PRAKTIKUM
TEKNOLOGI
GULA DAN KEMBANG GULA
PEMBUATAN
SIRUP KARAMEL
Kelompok
5
Clara
Sania Krisanta 1610511048
Dara
Widya Yudhistira H. S 1610511049
Vina
Prilatmi Anggraeni 1610511050
Lenovia
Idha Pola Sitohang 1610511055
Bryan 1610511060
PROGRAM
STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS
TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS
UDAYANA
2019
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kembang gula adalah salah satu makanan kecil
yang cukup banyak disukai oleh anak-anak maupun orang dewasa. Kembang gula
memiliki ukurannya kecil sehingga mudah dibawa, kemasan maupun bentuknya
menarik, mempunyai bermacam-macam rasa (sesuai yang diinginkan konsumen) dan
praktis dikonsumsi untuk segala situasi. Untuk diversifikasi produk, produsen
kembang gula selalu berinovasi agar produknya dapat memenuhi selera konsumen.
Sirup karamel merupakan olahan dari gula
pasir, yang biasanya digunakan dalam pembuatan aneka kue atau minuman. Jika
dilihat dari bahan dan proses membuat, sirup karamel terkesan sederhana dan
mudah didapat di pasaran. Akan tetapi, cara membuat sirup karamel dengan
kualitas yang baik dan benar, ternyata agak sulit karena dibutuhkan ketelitian.
Karena harus melalui beberapa prosedur tersendiri. Mulai dari memilih bahan
baku hingga mengolahnya, agar menghasilkan sirup dengan kualitas baik dan layak
untuk digunakan. Pembuatan sirup karamel sebenarnya bisa langsung dilakukan
dengan melelehkan gula pasir hingga cair dan berwarna kecokelatan. Kemudian
ditambahkan air dan dimasak hingga mendidih dan menjadi cairan kental. Namun
teknik seperti ini sebenarnya kurang bagus karena menghasilkan karamel yang
beraroma gosong dan memiliki rasa cenderung pahit. Untuk menghasilkan sirup
karamel dengan hasil yang enak, ada beberapa hal dan teknik yang harus
diperhatikan sehingga pada praktikum kali ini dilakukan pengolahan sirup
caramel.
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa
dapat melaksanakan proses pembuatan sirup karamel
2. Mahasiswa
dapat membedakan karakteristik sirup karamel yang dihasilkan
BAB
2
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Sirup Karamel
Sirup karamel merupakan olahan dari gula
pasir, yang biasanya digunakan dalam pembuatan aneka kue atau minuman. Metode
karamelisasi ada dua macam yaitu wet
caramelization dan dry caramelization.
Proses karamelisasi akan terjadi jika gula dipanaskan pada suhu di atas melting
point yaitu > 160 ⁰C. Proses karamelisasi akan terjadi dekomposisi sukrosa
menjadi senyawa kompleks gabungan antara aldehid, keton, furfural yang dikenal
dengan nama 5 hidroxymetil furfural (Desak et
al., 2019).
2.2 Sukrosa
Sukrosa merupakan karbohidrat yang
tersusun dari dua satuan monosakarida yang dipersatukan oleh suatu hubungan
glikosida dari karbon satu ke suatu OH satuan lain. Sukrosa dicerna oleh sistem
pencernaan jauh lebih cepat dibanding polisakarida atau kompleks karbohidrat
(Khoswanto dan Istiati, 2005). Sukrosa yang banyak ditemukan pada gula tebu
merupakan kombinasi antara glukosa dan fruktosa melalui ikatan α–1,2–glikosidik. Ikatan tersebut terbentuk pada atom karbon
nomor 1 dari glukosa dan atom karbon nomor 2 dari fruktosa.
Menurut
Yunita (2013) dalam Gaffar et al. (2017), gula mempunyai sifat yang
dapat menyebabkan reaksi pencoklatan yaitu karamelisasi. Bila suatu larutan
sukrosa diuapkan maka konsentrasinya akan meningkat, demikian juga titik
didihnya. Keadaan ini akan terus berlangsung sehingga seluruh air menguap
semua. Bila keadaan tersebut telah tercapai dan pemanasan dilanjutkan, maka
cairan yang ada bukan lagi terdiri dari air tetapi cairan sukrosa yang lebur.
Titik lebur sukrosa adalah 160⁰C. Bila gula yang telah mencair tersebut
dipanaskan terus sehingga suhunya melampaui titik leburnya, maka mulailah
terjadi karamelisasi sukrosa (Gaffar et
al., 2017).
2.3 Asam Sitrat
Asam sitrat merupakan asam organik yang banyak digunakan dalam
industri makanan, minuman, farmasi, kosmetik, pertanian, dan kimia. Besarnya
pemanfaatan asam sitrat pada industri makanan dan minuman karena sifat asam
sitrat menguntungkan dalam pencampuran, yaitu kelarutan relative tinggi, tak
beracun, dan menghasilkan rasa asam yang disukai. Kegunaan lain, yaitu sebagai
pengawet, pencegah kerusakan, warna dan aroma, menjaga tirbiditas, penghambat
oksidasi, penginvert sukrosa, penghasil warna gelap pada kembang gula, jam dan
jelly, pengatur pH (Sanggrami, 2017).
Pada pengolahan sirup karamel diperlukan penambahan asam sitrat untuk
mencegah proses kristalisasi kembali, dengan adanya asam dapat mencegah
fruktosa dan glukosa untuk berikatan kembali sehingga mengakibatkan timbulnya
kristal sukrosa (Desak et al., 2019).

Gambar 1. Struktur kimia asam sitrat
BAB
3
METODOLOGI
3.1 Bahan
1. Gula pasir
2. Air bersih
3. Asam sitrat
3.2 Alat
1. Termometer
2. Wajan anti lengket
3. Sendok kayu
4. Gelas ukur
5. Timbangan
3.3 Cara Kerja
1. Dimasukkan
gula dan air dengan perbandingan 2:1, dengan berat gula pasir 100 g, dan air 50
ml
2. Dipanaskan
dengan api kecil hingga gula larut dan mendidih
3. Dlanjutkan
tanpa pengadukan sampai dengan suhu 160 ⁰C dan ditambahkan asam sitrat 0,3%
sambil diaduk hingga larut
4. Dipanaskan
sirup gula hingga mengental, kemudian dikecilkan api dan diaduk hingga sirup
gula mulai berwarna kecoklatan
5. Dimasukkan
ke dalam kemasan dan sirup karamel siap untuk diuji.
BAB
4
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1. Hasil uji organoleptik sirup
karamel
Konsentrasi Asam Sitrat
|
Warna
|
Tekstur
|
Aroma
|
Rasa
|
0%
|
2
|
5
|
2
|
4
|
0.1%
|
2
|
4
|
2
|
3
|
0,3%
|
1
|
3
|
1
|
5
|
Keterangan:
Warna
|
Aroma
|
||
Cokelat
tua
|
:
3
|
Khas
karamel
|
:
2
|
Cokelat
|
:
2
|
Tidak
khas karamel
|
:
1
|
Cokelat
muda
|
:
1
|
|
|
|
|
|
|
Tekstur
|
Rasa
|
||
Sangat
kental
|
:
5
|
Sangat
manis
|
:
5
|
Kental
|
:
4
|
Manis
|
:
4
|
Agak
kental
|
:
3
|
Agak
manis/ pahit
|
:
3
|
Tidak
kental
|
:
2
|
Pahit
|
:
2
|
Sangat
tidak kental
|
:
1
|
Sangat
pahit
|
:
1
|
4.2 Pembahasan
Gula ketika berada di
suhu tinggi akan mengalami reaksi pencoklatan non enzimatis atau reaksi
maillard atau yang sering disebut dengan proses karamelisasi. Karamel adalah
substansi berasa manis dan berwarna coklat. reaksi kompleks yang menyebabkan
terjadinya perubahan bentuk dari gula menjadi bentuk amorf yang berwarna coklat
gelap (Koswara, 2009). Selain mempengaruhi warna, karamel juga menimbulkan suatu
aroma khas karamel. Karamelisasi akan terjadi dengan mudah bila gula dipanaskan
tanpa air dengan panas tinggi (Winarno, 2004).
Asam sitrat berfungsi
sebagai pemberi rasa asam dan mencegah kristalisasi gula. Selain itu asam
sitrat juga berfungsi sebagai katalisator hidrolisa sukrosa ke bentuk gula
invert selama penyimpanan serta sebagai penjernih gel yang dihasilkan. Asam
sitrat mampu untuk mendekomposisi sebagian gula pasir (yang terdapat dalam
larutan pekat) yang termasuk disakarida, menjadi dua molekul monosakarida,
yaitu dekstrosa (glukosa) dan fruktosa. Menurut Luthana (2009) dalam Rosyida (2014), asam sitrat dapat
menurunkan pH sehingga berfungsi untuk menghambat reaksi pencoklatan enzimatis
yang optimal pada pH 6-7 dan pencoklatan non enzimatis. Asam sitrat mengikat
logam yang dapat mengkatalisis komponen warna makanan dan mengurangi kekeruhan.
Asam sitrat termasuk zat pengikat logam sehingga dapat menstabilkan warna
makanan, mengurangi kekeruhan, mengubah sifat mudah mencair atau meningkatkan
pembentukan gel. Asam sitrat tidak menimbulkan aroma ketika dipanaskan pada
suhu tinggi namun akan menimbulkan aroma ketika berinteraksi dengan alkohol
membentuk suatu senyawa ester (Rosyida, 2014).
Berdasarkan hasil
penilaian warna, semakin tinggi konsentrasi asam sitrat maka warna sirup
karamel yang dihasilkan semakin muda. Warna sirup karamel penambahan 0% dan
0.1% memiliki warna yang sama yaitu cokelat tua, namun penambahan asam sitrat
0,3% menunjukan warna cokelat muda. Warna cokelat dihasilkan dari reaksi browning akibat gula diubah menjadi
bentuk amorf sehingga berwarna cokelat gelap yang dipicu oleh suhu tinggi.
Penambahan asam sitrat mampu menghambat reaksi pencoklatan, mengkatalisis
komponen warna makanan dan mengurangi kekeruhan, sehingga warna sirup karamel
dengan penambahan 0,3% asam sitrat menunjukan warna yang lebih muda dan jernih
dibandingkan sirup karamel perlakuan lainnya.
Penilaian tekstur
menunjukan semakin tinggi penamahan asam sitrat maka sirup karamel yang
dihasilkan kurang kental. Sirup karamel tanpa penambahan asam sitrat menunjukan
tingkal kekentalan tertinggi dibandingkan dengan sirup perlakuan lainnya. Hal
ini dikarenakan gula memiliki kadar air yang rendah meskipun dalam proses
pembuatan karamel ditambahkan air namun akibat suhu tinggi sebagian air menguap
dan gula menjadi jenuh dan sangat kental serta kadar airnya tetap tidak terlalu
tinggi. Namun pada saat penambahan asam sitrat, kemungkinan air berfungsi untuk
melarutkan dan membantu asam sitrat untuk membentuk suatu gel sehingga seiring
dengan penambahan asam sitrat maka sirup karamel yang dihasilkan cenderung
membentuk gel dan agak kental.
Berdasarkan penilaian aroma menunjukan bahwa
semakin tinggi penambahan asam sitrat maka aroma yang dihasilkan dari sirup
karamel semakin tidak khas karamel. Sirup karamel tanpa penamabahan asam sitrat
dan penamambahan asam sitrat 1 % menunjukan aroma khas karamel sedangkan sirup
karamel dengan penambahan asam sitrat 0,3% beraroma tidak khas karamel namun
cenderung beraroma asam. Asam sitrat tidak menimbulkan aroma ketika dipanaskan
pada suhu tinggi namun asam sitrat dapat memberikan rasa asam pada produk yang
dihasilkan sehingga timbul aroma asam.
Penilain terhadap
rasa menunjukan bahwa sirup karamel dengan penambahan asam sitrat 0,3% memiliki
rasa yang sangat manis (skor 5) diikuti dengan sirup karamel tanpa penambahan
asam sitrat (skor 4) dan sirup karamel dengan penambahan asam sitrat 0,1%
memiliki rasa yang agak pahit (skor 3). Penambahan asam sitrat 0,3% memiliki
rasa paling manis dibandingkan tanpa penambahan asam sitrat kemungkinan
disebabkan karena sukrosa telah terdekomposisi menjadi dekstrosa (glukosa) dan
fruktosa, dimana fruktosa memiliki tingkat kemanisan yang lebih tinggi
dibandingkan sukrosa. Selain itu, kemungkinan dikarenakan asam sitrat yang
mampu menghambat reaksi pencoklatan menyebabkan belum seluruhnya gula berubah
ke bentuk amorf sehingga rasanya lebih manis. Berbeda pada sirup karamel dengan
penambahan asam sitrat 0,1% memiliki rasa yang agak pahit kemungkinan
disebabkan karena terlah terjadi kesalahan dalam pengolahan dimana proses
pemanasan gula lebih lama dengan suhu yang tinggi sehingga gula sedikit gosong
dan cenderung pahit.
BAB
5
PENUTUP
5.1 Simpulan
Semakin tinggi konsentrasi asam sitrat
maka warna sirup karamel yang dihasilkan semakin muda. Semakin tinggi penamahan
asam sitrat maka sirup karamel yang dihasilkan kurang kental. Semakin tinggi
penambahan asam sitrat maka aroma yang dihasilkan dari sirup karamel semakin
tidak khas karamel. Sirup karamel dengan penambahan asam sitrat 0,3% memiliki
rasa yang sangat manis. Sirup karamel yang paling baik adalah dengan penambahan
asam sitrat 0,3%.
DAFTAR
PUSTAKA
Desak, I Putu., Putu Timur Ina dan I Gusti A.
Ekawati. 2019. Penuntun Praktikum Teknologi Gula dan Kembang Gula. Fakultas
Teknologi Pertanian, Universitas Udayana, Bali.
Gaffar, Rahmah., Lahming dan Muh.
Rais. 2017. Pengaruh Konsentrasi Gula Terhadap Mutu Selai Kulit Jeruk Bali.
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 3. Universitas Negeri Malang.
Khuswanto, Christian dan Istiati Soehardjo. 2005. Majalah
Kedokteran Gigi Vol. 38 No. 1 Hal. 4–7. Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas
Airlangga.
Koswara,
Sutrisno. 2009. Teknologi Pembuatan Permen (EBOOKPANGAN). Semarang: Universitas
Muhammadiyah.
Rosyida,
Fathia. 2014. Pengaruh Jumlah Gula Dan Asam Sitrat Terhadap Sifat Organoleptik,
Kadar Air Dan Jumlah Mikroba Manisan Kering Siwalan (Borassus flabellifer). Jurnal Boga 3 (1): 297-307.
Sanggrami, Kirana. 2017. Produksi Asam Sitrat Oleh Aspergillus niger Pada Kultivasi Media
Cair. Jurnal Integrasi Proses Vol. 6 No. 3 Hal: 116–122. Balai Besar Penelitian
dan Pengembangan Pascapanen Pertanian.
Winarno,
F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Komentar
Posting Komentar